"Halo
Gun, kau dimana? Cepatlah kau datang. Sudah kumpul semua ini kita," teriak
Tigor dari seberang. "Oh, iya ya, ada futsal hari ini," jawab Gugun
malas. Yaiyalah, Gugun baru samapi di rumah pukul dua dini hari, dan ada janji
main futsal jam enam pagi. Tigor melanjutkan ocehannya, tapi Gugun tak
menggubrisnya sama sekali, samapai akhirnya... "Tuuuuuuuuuut..."
telepon terputus. Gugun masih meringkuk di balik selimut, dan bernyanyi dengan
dengkurannya.
Itu pun Gugun masih tidur dengan pakaiannya yang semalem iya kenakan. Lengkap dengan sepatu. Tubuhnya yang tinggi semakin menjulang karena ia mengenakan sepatu yang cukup membuatnya semakin terlihat tinggi saja. Tentu saja beberapa aksesoris pun masih melekat di tubuhnya yangg lunglai dan terbaring ditempat tidur itu.
Namun, tiba-tiba handphone bermerk
'buah-buahan' itu pun kembali berbunyi. Dengan mata masih terpejam Gugun berjuang meraih telepon pintarnya itu.
"Bebeb, kamu gimana sik? Katanya mo nganterin aku ke salon?", rajuk
Annisa, pacar Gugun dari seberang. Sontak Gugun beranjak dari tempat tidurnya.
"Oh iya, nanti aku jemput kamu ya, sekarang aku mau olahraga...
futsal...futsal..." rayu Gugun cengar-cengir sambil memainkan alisnya.
Haha, Gugun tak mau ketauan masih molor, bisa-bisa perang dunia ke-tiga,
ke-empat dan ke-lima terjadi dalam satu waktu. Gugun mengganti pakaiannya, ia berusaha datang ke tempat futsal. Masih ada
waktu satu jam, dan masih sempat buat lanjut mengantar Annisa ke salon.
***
Pemuda jangkung itu cuma cengar-cengir
sambil menggaruk-garuk kepalanya yang memang tak gatal.
"Sory..sory...gue semalem nonton bola jadi kesiangan bangunnya...yang lain mana lagi nih??" Gugun coba berikan alasan.
"Sory..sory...gue semalem nonton bola jadi kesiangan bangunnya...yang lain mana lagi nih??" Gugun coba berikan alasan.
"Yaudah, gue ganti baju
dulu yeee.." Gugun seraya meninggalkan temannya itu.
Tapi...betapa kagetnya ia ketika membuka tas dan tenyata isi tasnya itu ada celana leging, handuk, baju senam cewe. Ya, ternyata Gugun salah bawa tas.
"Yasalam, demi apa gue ngebawa-bawa tas adik gue," batin Gugun sambil menepok jidatnya sendiri. Masa iya dia harus mengenakan celana leging sepanjang latihan futsal? Ah, mau dipindah kemana tampang yang udah untung-untungan itu. Gugun melangkah dengan gontai, kembali pada teman-temannya.
Rico yang pertama menoleh pada keberadaan Gugun pun beranjak dari duduknya. "Nah katanya lu mau ganti baju, ah mana baju lu?" pertanyaan Rico memburu.
Gugun menunjukkan tas yang salah ia bawa kepada teman-temannya. Mereka
pun tergelak bersama. Tapi... tidak dengan Tigor. Wajahnya memerah, tangannya mengepal. Ia beranjak dari duduknya, mendekat ke
arah Gugun. Dan....
Tigor menghampiri Gugun, lalu bilang "Kau ini banyak alasan, udah telat pake alesan salah bawa tas pula. Kalau emang ga mau latian yaudah ga usah gini." Wajar kalau Tigor agak keras, karena secara dia adalah kapten tim dan ia dibuat pusing dengan tingkah Gugun yang belakangan ini memang semangatnya patut dipertanyakan sedangkan turnamen sudah diambang pintu.
Tigor menghampiri Gugun, lalu bilang "Kau ini banyak alasan, udah telat pake alesan salah bawa tas pula. Kalau emang ga mau latian yaudah ga usah gini." Wajar kalau Tigor agak keras, karena secara dia adalah kapten tim dan ia dibuat pusing dengan tingkah Gugun yang belakangan ini memang semangatnya patut dipertanyakan sedangkan turnamen sudah diambang pintu.
Gugun cuma bisa diam ditegor oleh sang kapten. Dalam hati dan dalam pikirannya sedang berputar-putar hendak memberikan jawaban apa.
"Maap deh, Bang..." cuma itu yang bisa Gugun ucapkan.
Resikonya,
Gugun harus tetap latihan meski tanpa alat tempur yang lengkap. Haha.. ya
sudahlah, palingan juga keinjek. Tapi jangan sampe keinjek sama si Rico yang
badannya dua kali lipat lebih lebar daripada Gugun.
Latihan pun dimulai. Tubuh Gugun yang kurus dan jangkung membuatnya mudah menggiring bola kesana kemari. ya, itulah yang membuat teman-temannya selalu memasang dia sebagai pemain utama di setiap pertandingan. Tapi sayangnya, dia parah banget, suka ngaret, dan teledor... ya seperti hari itu.
"Ric, itu Bang Tigor beneran marah ke gue kagak sih?" tanya Gugun
pada Rico seusai latihan.
Rico menyambutnya dengan gelak. "Ah, kayak lu
baru kenal doi aja. Lu masih ngantuk kali..." seloroh Rico. Iya sih, Bang Tigor, memang orangnya lebih emosional daripada yang lain. Entah karena dia
orang Batak, atau memang sifatnya demikian. Tapi, tanpa Bang Tigor, tim mereka juga
nggak bakalan solid seperti sekarang.
Tigor memang
sukses menerapkan kedisiplinan dan kerja keras ke teman-temannya. Dan jelas
saja, hari ini yg kena 'pelajaran' itu adalah Gugun. Yap, Gugun terkena hukuman
sepanjang latihan futsal tadi. Itulah yang membuat Gugun benar-benar mempertanyakan sikap
Tigor. Sepanjang latihan futsal, Gugun dihukum untuk tetap mengenakan leging
yg ia bawa. Untuk sepatu ia memang dapat pinjaman dari Tigor yg kebetulan
membawa dua sepatu, tapi karna Tigor ingin memberikan efek jera kepada Gugun yang
dianggapnya sudah keterlaluan maka ia memberikan hukuman.
Tubuhnya yang tinggi kurus semakin terlihat kurus saja lantaran Gugun mengenakan leging warna abu-abu yg super 'pas' dengan kakinya yg panjang itu.
"Ahhh...andai aja gue ga salah bawa
tas, kaga kena malu gini gue di lapangan," batin Gugun.
"Malahan banyak cewe yang nonton," batinnya lagi.
Dan tiba-tiba saja ia teringat bahwa Annisa, pacarnya, pun akan datang menyusul nanti ke lapangan futsal dan setelah itu mereka akan pergi ke salon.
"Mau jadi apa nih gue diliat Nisa main futsal pake leging ngetat gini," pikirnya lagi-lagi.
Apa mau dikata, Gugun harus konsekuen dengan aturan. Apapun akan Gugun tanggung demi mempertahankan kekompakan yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Mereka adalah sesama perantau yang kemudian merasa satu jiwa, lewat sepak bola. Susah dan senang selalu mereka bagi bersama.
Semua anggota tim sudah bersiap untuk pulang. Dari kejauhan tampak seorang cewe sedang berjalan ke arah lapangan. Gugun sontak kaget, ketika menyadari bahwa yang sedang berjalan adalah Annisa, pacarnya. Aaaaaakkk.... ketika Gugun hendak berlari ke tempat ganti, Rico menahannya. Spontan saja mereka semua tergelak. Annisa cuma melongo melihat sang pacar tampil beda dengan leging yang begitu seksi.
"Bebeb... kamu?" komentar Annisa pelan disusul gelak
lepasnya.
"Aaaaaa...mmmm....iniihh......mmmmm....anuuuuu..."
jawab Gugun terbata-bata. Lirih suaranya hampir tak terdengar karena benaman
suara tawa Nisa dan teman-teman Gugun. Mukanya merah, salah tingkah, diam,
itulah yang tampak dari seorang Gugun saat itu. Orang yg selama ini dikenal cerewet,
usil, dan suka menertawakan orang. 'apa ini karma buat gue? Sekarang gue
diketawain banyak orang' kembali pikir positif menghujani otaknya.
Tiba-tiba
Nisa berkata..."Beb,,sebenernya tas itu tuh aku yang tukar tadi malem, sebelum aku pulang,
aku pindahin isi tas Risa, adik kamu, dan Risa udah aku kasih tau. Ini tuh
emang sengaja buat ngerjain kamu Beb. Ini kan hari ulang tahun kamu, kamu lupa
yaa??? Selamat ulang tahun yaa sayang.. aku sengaja kerja sama dengan Bang
Tigor dan teman-teman kamu yang lain juga biar nyuruh kamu pake leging itu.."
Jelas Nisa sambil terus tertawa.
Gugun
menatap semua temannya satu per satu secara bergantian. "Ini mimpi atau bukan?" batinnya. Gugun menampar pipinya sendiri. "Plaaak!!" "Aduuh, ternyata sakit. Berarti
ini nyata. How come?" Gugun lupa dengan hari ulang tahunnya sendiri. Gugun tak sadar kalau ternyata yang terjadi padanya adalah sandiwara. Ouuuccchhh…
Gugun cuma menggeleng-gelengkan kepala. Merangkul kawan-kawannya. Ah, tak ada
yang lebih menyenangkan dari kebersamaan ini. Ini yang selalu ia rindukan
ketika ia sebentar pulang kampung. Ini juga yang membuatnya bertahan berjuang
di panasnya Batavia.
“Kita beda Gun, tapi kita selalu jadi satu, apalagi untuk
tawa, hahahahaha,” celetuk Bang Tigor dengan logat Batakya yang khas. Dan, yang lain pun, menyambut dengan tawa yang lepas dan bebas.
Tulisan kolaborasi @wulanparker dan @aku_aie
No comments:
Post a Comment