Wednesday, November 02, 2011

Cerita Pemuda Biasa

http://tinyurl.com/69qab6r


Aku, tak sengaja bertemu dengannya. Seorang pemuda biasa, yang menyemai kesabaran di satu sudut sebuah ibukota.

Kami duduk semeja. Menikmati malam dengan kudapan seadanya. Lalu ia terus bercerita, tentang sebuah ibukota.

Sejurus ia menjadi sangat serius. Katanya, ia ingin pandangan orang-orang tentang sebuah ibukota menjadi lurus.

Yaa, sehingga tak perlu mengira sebuah ibukota adalah surga dunia, yang mampu membuang nestapa dan pabrik yang membuatmu kaya raya serta bersahaja.

Ah, entah itu ulah siapa. Padahal semuanya sama saja.

Mungkin, kau bisa mendapat kemudahan, kemewahan, atau kesenangan apapun yang pernah kau impikan. Tapi, tolong, jangan kau lalai pada Tuhan.

Mungkin, kau akan temui pertengkaran, perebutan atau apapun yang disebut penindasan. Itu karena tak ada pengertian. Kesalahan anggapan bahwa sebuah ibukota adalah istana kemewahan.

Sudah, biar semua terlihat seperti biasa. Bahwa semua saja. Kau dan yang lainnya hanyalah manusia yang Tuhan sengaja berada di tempat yang sama, memperjuangkan hidupnya. Bukannya justru mengumbar nestapa.

Ah, mungkin, cerita pemuda itu masih sangat panjang. Tapi sayang, ia harus kembali berjuang. Merentang kepakan di esok siang dan tenggelam dalam petang.

Sekali lagi ia katakan, jangan lagi-lagi kau mewahkan. Karena anggapan kemewahan akan membuatmu dalam kealpaan.

Iya, semua, memang biasa saja. Ia, menutup ceritanya.