Friday, December 28, 2012

Rumah Baru Poetica ;)

gambar dipinjam dari sini

Menyambung cerita-cerita saya yang sebelumnya, tentang kelas menulis, rasanya saya juga akan semakin suka jika teman-teman turut merasakannya :) Paling tidak, kita bisa berbagi ilmu dan mendapatkan hal-hal baru tanpa merasa tak punya kemampuan apa-apa. Hei, jika memang passion-mu adalah menulis kenapa tak memeluknya erat-erat? :D

Demikian juga jika merasa tertarik dengan menulis, temukan banyak hal tentangnya, bermainlah bersamanya, kemudian menulislah suka-suka. Hingga tak kuasa kau berdiam lama-lama tanpa merangkai kata. Belajar tentangnya adalah dengan membuatnya. Membuat tulisan apa pun yang kita suka. Dan ketika menemukan cara lain dari orang-orang di sekitar kita, itu yang membuat kita semakin ingin kreatif bersamanya. Caranya? Keraplah saling mengapresiasi karya, begitu kata seorang teman saya.

Entah ini pertemuan yang ke berapa, yang jelas saya dan teman-teman #Poetica cukup semangat untuk belajar menulis bersama. Apalagi, saat ini telah ada ruang untuk berkarya dan saling mengapresiasi bagi kita. Kala luang dan ingin membaca, silakan mampir rumah Poetica :)

Ya, itulah teman-teman menulis saya. Ragam cara bertutur ceritanya. Dan sejujurnya, mereka pula lah yang membuat saya lebih percaya diri dengan apa yang saya buat. Tak ada aturan yang mengikat, kita bisa bebas bercerita apa saja dan berlatih menulis ragam jenis cerita.
InsyaAlloh selalu ada yang seru dan bermanfaat yang dibagi bersama teman-teman #Poetica. Baik dalam kelas menulis dan juga blog-nya. Jika teman-teman ingin turut bergabung, dengan senang hati kami menyambutnya. Untuk pertemuan berikutnya, akan diadakan besok, Hari Sabtu, 29 Desember 2012 pukul 19.00 WIB. Seperti apa caranya? Teman-teman hanya butuh peralatan yang mendukung untuk bisa conference dengan Yahoo Messenger. Misalnya dengan mempersiapkan PC/laptop atau gadget lainnya dengan koneksi internet yang baik dan online dengan akun YM masing-masing. Informasikan keikutsertaan kalian dan kemudian akan diundang dalam conference-nya. Selanjutnya, temukan banyak ilmu baru.. Oke, sampai jumpa besok ;)

Berkenalan dengan Plot

gambar dipinjam dari sini

Menulis fiksi ternyata juga gampang-gampang susah. Kenapa? Karena ada  satu hal yang sangat berpengaruh terhadap menarik atau tidaknya dalam sebuah karya fiksi. Plot, ya plot dalam sebuah cerita cukup menentukan apakah sebuah pesan yang disampaikan dalam cerita itu akan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak.

Plot sendiri sebenarnya berbeda dengan alur cerita. Menurut Forster dalam Aspec of Novel, alur cerita merupakan sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun sesuai urutan waktu. Atau sebuah peristiwa yang susul menyusul. Sedangkan plot adalah hubungan sebab akibat antar peristiwa yang ada dalam sebuah cerita.

Nah, yang sempat saya pelajari di kelas menulis Poetica kemarin adalah tentang plot. Ya, struktur dalam sebuah cerita. Dimana di dalamnya terdapat unsur: pembuka atau pengenalan, konflik dan resolusi. Ketiga unsur tersebut tidak harus tersusun demikian, pembuka boleh diletakkan di awal cerita, di tengah, atau pun di akhir cerita. Begitu pula dengan konflik dan resolusi. Inilah yang kemudian kita kenal dengan macam plot.

Menurut Aristotle, ada satu poin penting lagi yang mendukung terurainya plot dalam cerita, yaitu sebisa mungkin penulis mengajak pembaca untuk merasakan "fear" atau "pity" dalam sebuah cerita. Artinya, penulis harus bisa mengajak pembaca untuk merasakan emosi yang ada dalam peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita.

Berikut ada contoh penggalan cerita, yang mungkin bisa dirasakan beda cara penyampainnya.
"Putri bapak dibunuh..." Kedua polisi itu menyampaikan kabar terburuk itu. Kedukaan menyelimutiku. Aku hancur. Tidak, lebih tepatnya aku sudah mati. Aku sudah mati sebagai manusia. Jiwaku lenyap tatkala melihat putriku dikembalikan padaku dalam kondisi tak bernyawa. Nafasnya sudah tiada lagi. Jangankan nafasnya. Tubuhnya pun sudah tak lengkap. 
Aku akhirnya bisa melihatnya. Si pembunuh. Pencabut nyawa putriku. Aku menatap pria itu dengan dendam membara. Jika saja aku bisa membunuhnya berkali-kali, aku akan sanggup melakukannya. Bagaimana tidak habis kesabaranku? Pria itu baru saja tersenyum! Tidak ada wajah bersalah sedikitpun terlihat di sana. Padahal ia baru saja dihukum dua puluh tahun penjara. Aku benar-benar ingin mencincangnya jika tak ada jeruji besi itu. Akan kulakukan tanpa pikir panjang demi putriku. (Jusmalia Oktaviani)

Aku sudah katakan padanya, mataku masih ingin terpejam. Aku tak kuat menahan kantuk. Aku lelah, tubuhku masih sangat lemah. Berkali-kali aku menarik selimut dan memejam sepejam-pejamnya. Seperti tak terima ia tak henti meriuh, membingar, benar-benar tak bisa aku maafkan.
Dengan tetap memejam aku menyambarnya, entah aku mendapati tombol apa. Arrrgghhh ia tak berhenti meraung juga. Aku membantingnya, entah ke arah mana. Hingga ia serasa terbekap dan mungkin tanpa nyawa. Aku, tak pedulli lagi pada kabar jam weker kecil itu. Sekarang. (Wulan Martina)

Dengan penggambaran emosi yang kuat, pembaca akan merasa terlibat dalam cerita yang ditulis. Selain itu, pembaca akan lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan. Hal ini juga terkait dengan karakter yang dibangun dalam sebuah cerita.

Berbicara tentang emosi dan karakter dalam sebuah cerita, Aristotle pun membagi cerita dalam tiga jenis, yaitu tragedi, komedi, dan tragedi komedi.

Tragedi adalah sebuah cerita yang mengungkap kesedihan dengan tokoh yang awalnya memiliki kebaikan-kebaikan atau masa jaya dan kemudian mengalami momen kejatuhan atau kehilangan atau mengalami masalah yang membuat nasib mereka berubah menjadi lebih buruk. Biasanya menceritakan kaum bangsawan yang mengalami momen kejatuhan dalam kehidupannya. Ini yang membuat cerita tragedi kerap disebut bercirikan memiliki "noble man".

Sedangkan komedi adalah cerita yang mengungkapkan kehidupan masyarakat pada umumnya. Tidak ada unsur "noble man" di sini. Biasanya yang diceritakan adalah kehidupan rakyat jelata dan menirukan perilaku-perilaku yang kerap muncul dalam kehidupan mereka.

Dan tragedi-komedi adalah perpaduan antara keduanya. Menjadi satu-kesatuan dalam cerita.

Lalu, cerita apa yang kerap ditulis atau kita baca?
Coba saja dirasakan, apakah itu tragedi, komedi, atau perpaduan keduanya? ;)

Memang pada kenyataannya tidak semua cerita memiliki plot, seperti yang pernah dibahas, bahwa jenis cerita deskriptif, tidak didominasi dengan plot. Begitu pula dengan cerita jenis sketsa. Dalam sketsa, biasanya hanya ditampilkan dialog atau  potongan peristiwa. Namun, dialog atau potongan peristiwa tersebut sudah cukup mewakili pesan yang hendak disampaikan.


Meski dalam dialog dan peristiwa diungkap tentang masa lalu atau pun sekarang, cerita tersebut tetap tidak dianggap memiliki plot. Dialog tersebut hanya merupakan obrolan anatar tokoh/karakter yang ada. Intinya, cerita yang memiliki plot, sebagain besar terdapat dalam cerita narasi, yang memaparkan cerita dengan runtutan waktu secara jelas.

Nah, sekarang saatnya belajar menulis dengan menggunakan plot secara lebih baik. Semoga, cerita yang kita buat pun lebih memikat ;)





 

Tuesday, December 11, 2012

Kelas #WriterCircle Makin Seru :D



gambar dipinjam dari sini

Dalam sebuah tulisan mungkin ada cerita tentang kenangan, khayalan, harapan, kerinduan, impian, dan entah apa pun yang sedang dirasakan dan dipikirkan. Seseorang mungkin merangkainya sebagai cerita sederhana, karya dengan segenap keindahan atau pun lembar-lembar informasi yang sengaja disampaikan berdasarkan fakta.

Banyak cara yang memang perlu dipahami dalam menulis, agar apa yang akan kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Misalnya, dengan memahami jenis-jenis tulisan yang akan kita buat. Beberapa diantaranya adalah tulisan desktriptif dan naratif.

Tulisan deskriptif adalah tulisan yang menggambarkan tentang sesuatu dengan lebih detil. Untuk tulisan deskriptif sendiri ternyata ada tiga jenis, yaitu deskripsi spasial, deskripsi objektif, dan deskripsi subjektif. Mari kita coba bahas satu-persatu terlebih dahulu.

Deskripsi Spasial adalah penggambaran tentang sesuatu secara tertentu dan tidak menyeluruh. Seperti ketika kita menggambarkan suatu setting ruangan yang diceritakan lebih detil tentang ukuran, letak, jarak, sehingga pembaca dapat benar-benar membayangkan kondisi ruang yang sedang diceritakan.

Deskripsi Objektif adalah penggambaran sesuatu yang berkaitan tentang bentuk, warna, ataupun ornamen detil yang melekat padanya. Penggambaran objektif lebih apa adanya dan bisa menggambarkan sesuatu secara menyeluruh. Misalnya ketika kita akan menggambarkan tentang baju yang sedang dikenakan seseorang, atau barang bawaan yang sedang dibawa oleh tokoh dalam cerita.

Deskripsi Subjektif adalah penggambaran tentang kesan atau suasana yang dapat dirasakan. Misalnya tentang suasana yang sedang terjadi, raut wajah sang tokoh, atau kesan yang muncul ketika tokoh menghadapi suatu peristiwa.

Sedangkan tulisan naratif adalah tulisan yang menceritakan suatu kejadian secara runtut. Waktu kejadian dipaparkan lebih jelas daripada dalam sebuah tulisan deskriptif. Misalnya tentang kejadian di masa lalu, sekarang, atau di masa yang akan datang.

Nah, ternyata ada beberapa perbedaan ya diantara tulisan deskriptif dan naratif. Jika diperhatikan pun, alur cerita akan tergambar lebih jelas dalam sebuah tulisan naratif, sedangkan dalam tulisan deskriptif, alur tidak menjadi hal yang dominan, karena sifatnya hanya penggambaran.

Kedua jenis tulisan di atas dapat ditampilkan dalam tulisan terpisah atau pun menyatu. Maksudnya ada tulisan yang memang hanya menyajikan penggambaran. Namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa dalam sebuah cerita akan terdapat dua jenis tulisan tersebut, deskriptif dan naratif. Justru akan saling melengkapi. Penggambaran dapat disampaikan dengan jelas dan pembaca pun dapat mengikuti cerita sesuai dengan alur yang ditampilkan.

Coba saja, dari sekian banyak tulisan yang pernah dibuat, kira-kira mana yang termasuk dalam tulisan deskriptif dan mana yang termasuk dalam tulisan naratif. Mungkin, ada yang bisa dieksplorasi ataupun diperbaiki cara penyampainnya ;)

Setidaknya, dengan sedikit bahasan di atas kita dapat lebih maksimal dalam menuliskan hal-hal yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Dengan begitu, kita juga dapat menyusun poin-poin yang harus kita sampaikan dengan lebih detil dan sesuai dengan alur yang kita maksud.

Kira-kira begitulah ringkasan materi yang saya dapat dari kelas menulis di #WriterCircle tempo hari. Oh iya, seperti biasa, di akhir kelas, ada tugas untuk membuat sebuah tulisan. Kali ini, cerita yang dibuat dari hasil menginterpretasikan lagu yang telah ditentukan oleh coach-nya :D 

Berikut ada beberapa contoh tulisan yang telah dibuat, hasil karya Gladis Rindra , Jusmalia Oktaviani , dan saya :D

Untuk saat ini, inilah yang dapat saya pahami tentang tulisan naratif dan deskriptif. Lebih jelasnya boleh mengintip di blog Coach -nya :D Semoga masih banyak ilmu yang bisa saya dapat di kelas #WriterCircle ini, kalau kalian mau gabung, tentu saja dipersilakan :D
  
Kelas #WriterCircle akan ada lagi, besok Hari Rabu, 12 Desember 2012 pukul 19.00. Seperti apa caranya?

1. Siapkan apa pun yang membuat kalian terhubung dengan internet. Semacam PC, laptop, atau apa pun, asal bisa memfasilitasi kita untuk conference via YM.
2. Untuk yang menggunakan Android atau Blackberry bisa mengunduh aplikasi Beejive for Yahoo Messenger (supaya bisa conference)
3. Aktifkan akun YM masing-masing.
4. Bergabunglah dalam conference dan selamat menemukan banyak ilmu baru.. ;)

Sampai jumpa besok... ;) 

Wednesday, December 05, 2012

I Love You Too



gambar dipinjam dari sini


Lama, Dira tak bertemu dengan sang pemuda tiga kata. Ya, ia yang selalu menyapa Dira dengan “Apa kabar, kamu?” dan juga “Apa kamu bahagia?”. Kadang Dira merindukan pertanyaan itu, seperti ada sihir sempurna ketika ia yang mengucapkannya. Sayangnya, Dira tak ingin terlarut dengan suka yang ia rasakan. Biar saja pertanyaan itu menjadi tanya yang sesungguhnya. Dari seorang Galang. Itu saja.

Sore ini, Galang menepati janjinya kepada Dira, membantu memperbaiki laptop Dira yang sudah beberapa hari ini tidak dapat dioperasikan secara sempurna.

“Hmm ini laptop sama orangnya sama deh, lagi labil…hahaha..”
Dira spontan merengut dan melirik Galang sinis. Main-main. 
Galang justru terkikik dan tak mengalihkan perhatiannya dari laptop Dira. 
“Ya udah, martabaknya buat aku semua aja.. kamu gak usah..” 
Dira mengambil sepiring martabak manis yang dia sediakan untuk sang tamu. 
“Eee sini-sini… itu kamu yang keju aja, yang cokelat jatah aku… gak bisa-gak bisa.. belum makan siang iniii…” Galang merebut piring yang diambil Dira. Serius dia lapar. 
Dira justru cengar-cengir, tetap memegang erat piring berisi martabaknya.
“Oke… tak ada servis yang baik, laptop gak bisa beres…” timpalnya santai. 
“Yaaaaahh.. jangan dooong… penting ini.. buat kerja dan buat berkarya.. haha.. Yaudah nih ambil..ambil…” rajuk Dira sambil menyodorkan kembali sepiring martabak untuk tamunya.

Galang sibuk mengutak-atik laptop, sedangkan di sebelahnya, Dira sibuk menghabisakan martabak kejunya sambil membaca novel.

Tanpa sengaja, Galang tergoda untuk membuka satu file dengan nama “My future has lost”. Ada beberapa foto disana, entah siapa yang berada di samping Dira waktu itu. Dan salah satunya ber-caption “my wed’s invitation”. Galang kemudian mengingat tentang postingan Dira di blog beberapa waktu lalu. Hmmm jadi benar, batin Galang. 


“Ciyeee… ada yang pernah punya pacar ternyata…” Galang sengaja menggoda Dira.
Dira tersentak, melongok apa yang sedang dikerjakan Galang. Spontan Dira memukul Galang dengan novel 400 halaman di tangannya. “Bluuk”.
“Galaaaangg… tutup gaakk?? Kamu jahat aahh..” Dira berusaha meraih laptopnya tapi Galang menghalangi dan justru membaca keras-keras caption-caption yang ada di foto-foto yang tanpa sengaja ia temukan. Galang tertawa-tawa.


Dira terdiam. Menutupkan kedua telapak tangannya ke telinganya. Berharap tak mendengar apa pun yang dikatakan Galang.

“Pantesan, tiap ditanya, jawabannya… ‘aku gak bakalan jatuh cinta’… ahahaha.. yaudah sih… sedihnya udahan aja…” Gilang mengelus kepala Dira.

Muka Dira memerah tak sudah-sudah. Ada yang menggenang di pelupuk matanya. Tapi tak ada yang sanggup Dira lakukan selain menatap bahu Galang yang tadi ia pukul sungguh-sungguh.

Dira teringat malam itu, ketika keduanya terjebak hujan di Benteng Vredeburg, Jogja. Galang sempat menyatakan perasaannya kepada Dira. Tapi, seperti biasa, Dira tak bisa mengatakan iya, bahkan tak bisa menerjemahkan perasaannya sendiri.

“Kita, tak ada yang sempurna, pernah terluka. Tapi tak ada yang dapat mengikis asa, kita berhak bahagia” kata Galang malam itu.

Dira terdiam tanpa jawaban. Membiarkan hujan menghanyutkan perasaannya, entah di muara yang mana.

“Aku trauma, Ta. Aku capek berjuang dan kemudian ujungnya aku justru menerima luka” cerita Dira kepada Talita, sahabatnya, sepulang dari Jogja. 
“Ra, kamu kemanakan Tuhan? Dia yang mengatur takdirmu. Atas usahamu juga. Aku tahu kamu tulus sama Galang. Tuhan tak akan pernah menukar kepemilikan bahagia, Ra…” sekuat itu Talita meyakinkan, Dira tetap tak bisa menyambut rasa yang mungkin saja, cinta.

***

Sejak insiden laptop, Galang lebih tenang menghadapi Dira. Tak pernah memaksa apa-apa dan tetap memberikan perhatiannya kepada Dira. Dira yang masih bingung dengan perasaannya, kadang berusaha menjauh dari Galang. Masih ia percaya bahwa cinta diterima sepaket dengan luka. Mungkin, ia siap dengan cinta, tapi sepertinya tak sanggup menyambut luka.

Bukan karena kebaikan Galang, tapi lebih dari itu. Dira bukan seorang yang mudah jatuh hati dengan siapa yang baik kepadanya. Bukan. Jika tak ada chemistry yang ia rasakan, Dira pun tak akan betah berlama-lama dengan seseorang. Ada yang membuat Dira nyaman ketika bersama Galang. Galang tak lebih baik dari orang yang paling baik. Galang tak lebih perhatian dari orang yang paling perhatian. Galang tak lebih paham dari orang yang paling paham. Tetapi, ada sesuatu yang membuat Dira menerima. Sayangnya satu, Dira takut luka. Itu saja.

Hari Minggu ini ulang tahun Galang. Galang sengaja mengajak Dira pergi jalan-jalan. Dira sedang ngidam  bermain sepeda di Monas dan bermain layang-layang. Pagi-pagi mereka berangkat, menikamti keramaian Monas di hari minggu. Dimana banyak orang berolah raga, bermain sepeda, bermain laying-layang, atau bahakan sibuk dengan kegiatan yang sengaja digelar di jantung ibukota.

“Aaaa dia terbang tinggi sekali… aku sukaaa…” Dira berteriak dan tertawa bahagia ketika layang-layangnya terbang semakin tinggi dan tinggi. Ia berkonsentrasi mengendalikan laju layang-layang dengan manarik dan mengulur benangnya.

Galang melihatnya dengan senyum bahagia pula. Berharap mampu memupus luka-luka yang mungkin tak sengaja Dira simpan, terlalu dalam. Terlalu lama. Atau mungkin sudah sembuh, namun tak ingin lagi tergores sedikit pun. Sungguh, Galang ingin turut menjaganya, menjaga Dira sekaligus hatinya.

“Udah capek, keringetnya udah banjir. Pulang yuuk…” Dira menggulung benang layang-layang, lalu menyambar ranselnya.

Galang pun berkemas, mengikuti yang Dira lakukan. Sejenak mereka bertedeuh di bawah pohon, melepas lelah. Setelah meneguk air minum dari tumblernya, Dira merogoh ranselnya sekali lagi. Ia keluarkan sekotak hadiah lalu menyerahkannya kepada Galang.

“Ini Lang buat kamu, tapi bukanya di rumah aja yaa..” Dira yang cengar-cengir membuat Galang gemas dan ingin mencubit pipi chubby-nya. Tapi pasti Dira cepat-cepat menangkisnya. Biar kecil, Dira gadis yang gesit, kecuali dalam insiden laptop tempo hari. Dira merasa benar-benar kecolongan. Yaa… sudah jalannya harus begitu, mungkin.

Galang menerima kotak itu lalu memainkan alisnya dan menebak-menebak isinya.
“Awas ya kalau kamu ngerjain aku… aku kutuk kamu jatuh cinta sama aku… hahahaha…” spontan kepalan tinju Dira melambung ke bahu Galang. “Awww..” Galang mengelus bahunya yang menjadi korban keganasan Dira.

Sampai di rumah, Galang membuka hadiah yang diberikan Dira tadi siang. Kotak yang dibungkus dengan kertas kado warna biru bergambar kartun Smurf itu dibukanya perlahan. Tentu saja Galang penasaran. Mmm sebuah scrapbook berwarna jingga berada di dalam kotak itu. Galang membuka halaman demi halaman. Termuat foto-foto dirinya bersama Dira, ketika sama-sama mengikuti acara komunitas mereka. Galang membaca seksama setiap caption yang tertulis, Dikulum Senja Malioboro, Berlumur Lelah Suka Borobudur, Melawan Senyap Malam Alun-alun Kidul, dan tentu saja Jebakan Hujan di Benteng Vredeburg. Galang tersenyum-senyum sendiri. Mengulang-ulang perhatiannya pada foto-foto yang tentu saja mengikat erat ingatannya tentang kebersamaannya dengan Dira.

Di halaman terakhir scrapbook itu, Dira menuliskan sebuah puisi
Aku suka caramu menyapaku
Aku suka caramu memahamiku
Aku suka caramu merindukanku
Aku suka caramu menyayangiku
Aku suka caramu membahagiakanku
Terima kasih, kamu
I love you too

Galang menutup scrapbook dari Dira. Malam itu juga dia menelepon Dira, mengucapkan terima kasih dan bercakap sebentar.
“Masih pengin main flying fox?”
“Massiiiiihhh..”
“Yaudah besok bolos, aku mau culik kamu sehari…”

Tanpa alasan mereka berangkat untuk bermain flying fox. Sampai di lokasi, tetiba nyali Dira menciut. Apa iya, dirinya yang bertubuh mungil berani bermain flying fox seperti itu.
“Aaahh gak jadi aah.. itu masa bawahnya laut gitu.. aku kan gak bisa berenang. Gak mau ah..”
“Segitu aja nyali mantan atlet bela diri. Oke..” Galang mengedikkan bahu.
“Isshh.. okeee… aku terima tantanganmu. Aku mau merem aja… haha..”
“Terserah…” Galang tersenyum simpul.

Petugas sibuk memasang perangkat safety untuk Dira. Setelah selesai, Dira melayangkan pandang ke sekeliling. Galang tak ada di situ. Ia pun kesal. Tapi the show must go on. Dan… beberapa detik ke depan Dira akan meluncur menyeberangi lautan.. hahaha..

Dira hanya mampu mendengar teriakannya sendiri. Ia ingin memejam, tapi ingin juga melihat keadaan sekitarnya. Sampai di seberang, Dira tak tahu seperti apa wajahnya. Semakin tak bisa dipahami, tetiba Dira mendapati Galang berdiri di hadapannya, tersenyum-senyum. Dira ingin mendaratkan kepalan tinjunya ke lengan Galang, tapi tak berdaya. Ia lebih memilih sibuk melepas safety equipment yang membebat tubuhnya.

“Apa kabar kamu?”
Dira justru menatap Galang dengan sinis.
“Apa kamu bahagia?”
“Hiiihh… sebel ah sama kamu…” Dira melangkah meninggalkan Galang.

Galang mengejar dan menyembul di hadapan Dira.
“Takut? Masa sih? Kan kamu yang kepengin banget, hehehe…”
“Iya… tapi kan maunya ada kamu juga…”
“Nah, kan ada, menyambut kamu malah…”
Dira memilih diam.
“Ya udah, gak usah ngambek. Orang sebenarnya kamu itu pemberani, tangguh, kuat, apa lagi yaa… mmm… bukan penakut deh pokoknya…”
“Truss..?”
“Yaaa… aku harap begitu juga dengan masalah hati dan masa depan”.
Dira melongo, menatap wajah Galang tanpa berkedip.
“Masa depan kamu gak akan hilang. Ia selalu ada, memang butuh perjuangan meraihnya. Kamu berhak mendapatkannya. Aku, tak akan hilang. Kamu, akan halal bagiku.”

Mata Dira berkaca-kaca. Ia ingin Galang mencubit pipinya. Jika sakit, ia akan yakin bahwa ini bukan mimpi.

“Terima kasih, kamu, I love you too” goda Galang seraya mengabadikan ekspresi Dira dengan kamera saat itu.
“Hiiiihhh Galang… kamuuuu…” Galang berlari, menghidari gempuran tinju Dira. Dira mengejar, mengejar masa depan yang semoga benar menjadi miliknya. Hadiah dari Tuhan yang saling menjaga nantinya.




*ditulis untuk menjawab tantangan dalam Kelas Menulis. Ini lagunya sedih yaa? Tapi lagi pengin nulis yang happy ending.. xaxaxa...

Saturday, December 01, 2012

Asyik Menulis :)

gambar dipinjam dari sini

Akhirnyaaa... kelas menulis yang saya ceritakan beberapa waktu lalu menjadi acara rutin. Yesss... bisa jadi wadah untuk belajar tentang sastra dan kepenulisan.. :D Menulis Hore edisi kemarin seruuuu bangeeett lebih serius dari sebelumnya xixixixi... Kita belajar tentang point of view dalam sebuah cerita. Wow... saya cukup excited karena saya belum ahli untuk menulis cerita fiksi dengan baik... XD

Di awal sesi kami diminta untuk membaca sebuah cerpen, kemudian membahas point of view-nya dan juga tentang karakter serta karakteristik tokohnya. Apakah cerita itu menggunakan sudut POV 1 (sudut pandang orang pertama), POV 2 (sudut pandang orang ke dua), atau POV 3 (sudut pandang orang ke tiga). Lalu dibahas mana yang lebih menarik, lebih susah atau pun lebih mudah dalam menulisnya. Juga tentang cara memaparkan karakter dan karakteristik tokohnya.

Dari situ saya yang tadinya belum paham tentang beda karakter dan karakteristik. Kalau karakter adalah tentang penokohan  sedangkan karakteristik adalah tentang pemaparan apa yang sedang dilakukan tokoh dalam suatu setting. Hmmm kira-kira begitu. Semoga saya tidak salah tangkap.. :D Bisa ditujes orang sekampung.. :P

Nah kalau yang tentang sudut pandang, mungkin teman-teman juga sudah paham yahh.. Mmm penggunaan kata ganti orang pertama, dimana penulis menggunakan kata 'aku' untuk tokoh utamanya, sedangkan untuk kata ganti orang ke dua, penulis menggunakan kata 'kamu', dan untuk kata ganti orang ke tiga, penulis menyebut nama-nama tokohnya, penulis bebas bercerita.

Tak berhenti pada teori, kami juga diminta untuk membuat contoh-contoh tulisan berdasarkan apa yang sudah dipelajari. Belajar langsung berkarya.. :D Nah, yang seru, kami diminta untuk membuat sebuah cerpen dengan sudut pandang orang ke dua (POV 2). Mungkin, dirasa-rasa kita jarang menemukan cerita dengan bentuk seperti itu. Tapi ternyata, kita sering-sering juga loh melakukannya. Coba deh cek tulisan kamu, mungkin tanpa sadar juga menggunakan POV 2. Seperti menulis surat atau puisi memang. Tapi, ternyata menarik juga.. :)

Berikut ada beberapa contoh tulisan hasil dari tantangan sesi yang lalu. Membuat cerpen dengan POV 2 dan tokohnya bukan manusia... :D Ada tulisan dari Benedikta Sekar , Gladish RindraJusmalia Oktaviani , dan punya saya hehehe...

Yaa... begitulah keseriusan saya dan teman-teman untuk belajar. Semoga bisa bermanfaat dan selalu menunggu pelajaran baru lagi.

Kalau kalian tertarik untuk bergabung, Kelas Menulis Hore akan ada lagi, besok Hari Minggu, 2 Desember 2012 pukul 19.00. Seperti apa caranya?

1. Siapkan apa pun yang membuat kalian terhubung dengan internet. Semacam PC, laptop, atau apa pun, asal bisa memfasilitasi kita untuk conference via YM.
2. Untuk yang menggunakan Android atau Blackberry bisa mengunduh aplikasi Beejive for Yahoo Messenger (supaya bisa conference)
3. Aktifkan akun YM masing-masing.
4. Add akun YM: teguhpuja@ymail.com (boleh add dari sekarang katanya, tinggal info sebagai peserta, jadi besok tinggal di-invite ke dalam conference)
5. Bergabunglah dalam conference dan selamat menemukan banyak ilmu baru.. ;)

Sampai jumpa besok... ;)




Tuesday, November 27, 2012

Rindu Senandung Pagimu

gambar dipinjam dari sini

Aku menghela nafas lebih lega, membiarkan udara menjalar ke seluruh tubuhku, memelukku
Aku terdiam melumat senyum, kehabisan kata saat kembali terduduk di pangkuanmu
Mengendapkan seluruh luka yang tetiba saja menggores ketika aku gagal bertemu
Ya, aku harus memupus semua haru biru pertemuan yang telah aku bayangkan lebih dulu

Sekarang, aku disini bersamamu, di satu waktu yang selalu aku tunggu
Aku menikmati cumbu darimu yang selalu aku rindu
Dinginmu, sejukmu, serta teman pagi yang membalut aku dengan syahdu
Aku, yang kemudian tak lagi ingin meninggalkanmu

Mungkin, bukan kau yang merasa sendiri kemudian sepi
Mungkin, bukan kau yang terantuk-antuk rindu kemudian membiru
Mungkin, kau lebih menikmati segala yang baru, menghampirimu
Mungkin, kau lebih menikmati sapa-sapa asing yang aku kira semu

Aku, aku yang memupuk rindu-rindu untuk senandung pagimu
Aku, aku yang selalu berangan kembali ke pelukan tenangmu
Aku, aku yang tak mampu menawarkan cinta kepada selain kamu
Aku, aku yang terus menggebu mengelu-elukan kamu, indahmu

Sayangnya, aku tak lagi melihatmu yang begitu lugu
Kau lebih kekar dengan sembarang rasamu yang kadang terlihat tak menyatu, denganmu
Sayangnya, aku tak lagi melihatmu yang menyukai sepi di sekian titik waktumu
Kau lebih bingar dengan sembarang hiburan yang kadang aku tak yakini, itu kesukaanmu

Kamu,
Aku suka mendapati pelukanmu
Aku bahagia kau cumbu dengan udaramu
Aku berpesta dengan kecupan senjamu

Namun, aku....
Masih saja merindu
Tentang kamu, tanpa bingar yang melekat padamu
Tentang kamu, yang menyambutku dengan nyanyian burung pagimu
Di situ, alun-alun kotaku
Kamu, Malang yang syahdu