Friday, February 17, 2012

"Double R"




“Pagi!!!”
Rara berteriak sambil membuka jendela kamarnya. Pagi itu matahari bersinar cukup cerah diselingi suara burung yang berkicau ramai. Rara membuka buku catatan yang tergeletak di meja belajar. Hari ini dia harus menemui dosen pembimbingnya untuk konsultasi tugas akhir. Dan, hari ini juga ulang tahun sahabatnya, Risa. Rara meringis. Ia belum menyiapkan hadiah apapun.

Sambil mengemasi buku serta draft tugas akhir yang telah dibendel rapi, Rara mencoba menyusun kejutan untuk Risa. Kemungkinan besar, Rara baru bisa menemui Risa nanti malam. Semoga saja tak ada urusan mendadak. Ouucchh... kepala Rara terasa sangat penuh.

***


"Oke, silakan revisi untuk BAB IV nya, saya tunggu besok jam sembilan pagi," kata Pak Basuki, dosen pembimbing Rara setelah memriksa draft Rara.

Rara hanya bisa menelan ludah. Tak mungkin ia menolaknya. Untuk bisa bertemu Pak Basuki saja, Rara sudah harus menunggu berminggu-minggu. 

"Siap Pak, besok pagi saya konsultasikan lagi hasil revisinya," ucap Rara mantap, meski bayangannya masih saja mengarah pada Risa, ya, sahabat dekatnya yang hari ini berulang tahun.

Kalau besok pagi revisi harus jadi, artinya malam ini aku harus lembur. Siang ini aku masih ada kuliah 3 SKS. Ah, lalu kapan aku bertemu Risa. Rara bermain dengan pikirannya sendiri.

Pikirannya sekarang bercabang. Ia harus menyelesaikan revisi tugas akhir malam ini dan ia juga harus menemui Risa. Tapi Rara belum menyiapkan apapun. Rara mengacak-acak rambutnya dengan gusar. Hingga tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.

“Risa?” ucap Rara setengah teriak setelah menoleh pada seorang yang menepuk bahunya.

"Hai.. kamu kok kaget gitu?" sapa Risa dengan wajah cerianya.

"Ya abis, kamu tiba-tiba muncul gitu sik, gak pake suara," Rara berusaha menyembunyikan kegelisahannya sambil nyengir.

"Hmm... mau makan siang bareng gak? Kamu kayaknya lagi capek banget gitu deh," ajak Risa.

"Boleh, yuk, kita ke kantin FE aja, banyak pilihannya," Rara setuju.

Meski ngobrol kesana kemari, Rara masih bingung harus mengatakan apa pada Risa. Masa iya Rara hanya memberi ucapan selamat. Padahal tahun-tahun sebelumnya, Rara selalu punya kejutan buat Risa. Bukan apa-apa sih, Risa adalah sahabat Rara sejak kecil. Bahkan keluarga mereka juga sudah saling kenal. Tak jarang Risa memberikan bantuan untuk Rara. Termasuk saat ia kesulitan mencari responden untuk tugas akhirnya. Dan, masa iya, sekarang di hari bahagia Risa, Rara tak memberikan kado istimewa buat Risa.

“Kamu kenapa? Wajahmu kusut banget,” ucap Risa.

“Gak apa-apa kok,” Rara masih mengelak.

“Gak pengen mengatakan sesuatu buat aku?” rajuk Risa.

“Eh,” Rara menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Dia bahkan belum mengucapakan selamat ulang tahun. Tapi… Rara semakin pusing sendiri.
"Rara, kamu kenapa? Kamu...kamu lupa ya sama hari ini?" tanya Risa dengan nada sedih.

"Oh, iya... Selamat ulang tahun ya Risa sayang... semoga impian kamu segera terwujud..." ucap Rara dengan gembira sambil memeluk sahabatnya itu.
Tapi Risa diam, ia tak menjawab apa-apa. Dia bingung, kenapa Rara tak seperti biasanya, yang selalu penuh kejutan untuknya. Apakah Rara tidak lagi menganggap dirinya sebagai sahabat, batin Risa. Belakangan ini Rara memang lebih banyak sibuk sendiri. Mereka sudah jarang hangout bareng.

Rara pun merasa bersalah ketika melihat ekspreasi wajah Risa. "Hmm... Risa... kamu jangan sedih... aku inget kok kalau hari ini kamu ulang tahun. Tapi maaf, aku belum punya kado buat kamu," Rara menjelaskan sambil menatap Risa yang masih tampak sedih.

Risa masih diam, dan merasa Rara tak peduli padanya.

"Ehmm... maaf ya Risa jangan sedih gitu dong... aku punya kejutan kok buat kamu... mau denger gak?" ujar Risa berusaha menghibur Risa.
Risa mendongakkan kepalanya. Ia mulai melukis sedikit senyum.
"Risa, minggu depan aku ujian. Tugas akhirku sudah disetujui Pak Basuki. Tinggal sedikit revisi, dan besok harus aku kumpulkan. Jadi kita gak sia-sia memperjuangkan responden-responden itu," cerita Rara semangat.

“Benarkah?” tanya Risa terkejut. Tawanya mulai renyah kembali. Mereka sama-sama tahu bagaimana susahnya mendapatkan persetujuan sidang dari dosen yang satu itu.

Risa memeluk sahabatnya itu. Sekarang, ia pun tahu apa yang mengganggu pikiran Rara belakangan ini. Ya, segala yang yang menyita waktu Rara. Risa sedikit lega. Risa khawatir kehilangan keceriaan yang sudah lama ia perjuangakan bersama Rara. Persahabatan yang bukan seumur jagung. Bahkan, orang-orang di sekeliling mereka pun, memberikan julukan "Double R" pada Rara dan Risa.

“Tapi mana hadiah untukku?” tanya Risa sambil pura-pura memasang wajah cemberut.
"Besok ya, kalau revisi aku udah bereeess....... ehmmm atau setelah ujian aja? hahaha..." goda Rara sambil kembali konsentrasi pada semangkuk mie ayam jamur yang sudah nyaris menguap. 

"Hahahahaha... kenapa gak sekalian aja tahun depan, dirapel..." timpal Risa.

Rara menghentikan suapan mie ayam ke dalam mulutnya. Ia merangkulkan tangannya di pundak Risa dan Risa membalasnya.

“Tenang aja, Ra, langgengnya persahabatan kita udah jadi hadiahnya kok,” lanjut Risa seraya menyisip senyum.

Rara menganggukkan kepalanya tanda setuju. Usai menghabiskan menu favorit masing-masing, mereka berjalan, menjauh dari kantin. Tapi tidak untuk persahabatan mereka. Mereka akan selalu saling dekat. Persahabatan yang penuh pemahaman satu sama lain. Termasuk saling toleransi atas kekurangan masing-masing dan memaafkan semua kesalahan. 

A friend in need is a friend indeed





Tulisan kolaborasi @violetkecil dan @wulanparker

No comments: