Friday, November 02, 2012

Pangeran Cinta



“KAMPRET!!”
Sulis berseru pada Teguh, ketika cowok berambut bergundi itu menyambar dengan kasar buku tulisnya.
“Apa-apaan si lo?!”
Teguh hanya cengar-cengir dan teetap menyembunyikan buku tulis Sulis di balik punggungnya. Sulis mencoba meraih sebisanya. Tapi Teguh justru membawa buku itu, berlari ke seluruh penjuru kelas.  Spontan teman-teman sekelasnya bersorak-sorai. Pipi Sulis memerah. Ia malu, kesal, dan entahlah.
“Oh, pangeran! Kapankah enggkau datang? Menghampiriku dengan cinta yang menggebu-gebu!” Teguh membacakan tulisan yang tertera di buku tulis Sulis keras-keras. Sorak-sorai di kelas semakin menjadi-jadi, bahkan sampai ada yang tertawa terpingkal-pingkal sambil menunjuk-nunjuk Sulis.
Wajah Sulis lama-kelamaan berubah menjadi merah, tak kuasa menahan malu yang ia tanggung akibat berbuatan Teguh yang menurutnya telah di ambang batas. Tapi karena ia tak bisa berbuat apa-apa, rasa kesal serta malu, juga rasa-rasa yang lainnya pun menjadi satu dan membuat kantong air matanya pecah.
“Lo TEGA!”
Sulis menangis. Ia berlari keluar kelas. Ia bersembunyi di kamar mandi. Sulis sesenggukan. Mirna, sahabatnya, mengejar Sulis, dan berusaha menenangkannya.
Teguh terdiam diantara riuh teman-teman sekelasnya. Ia sebenarnya bingung harus berbuat apa. “Kejar Guh.. kejar…” sorak beberapa teman kepadanya.
Teguh membuka lagi tulisan Sulis, kemudian cepat menutupnya kembali. Ia berlari mengejar kemana Sulis pergi. Langkahnya pun terhenti, tak mungkin ia masuk ke kamar mandi putri. “Ahh”, desahnya sambil menggaruk kepalanya.
“SULIS!!”
Teguh berseru nyaring, tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi. Beberapa orang yang lewat menatapnya heran, namun rasa bersalah membuat rasa malunya mengkerut seketika.
“SULIS!! MAAFIN GUE!”  Lagi-lagi Teguh berseru, kali ini lebih nyaring dari sebelumnya
Di dalam Sulis dan Mirna mendengar jelas teriakan Teguh. Mirna mencoba membujuk sahabatnya untuk keluar dan menemui Teguh.
Sulis berjalan pelan, di depan pintu kamar mandi, Sulis melihat Teguh sudah basah dengan keringatnya sendiri. Seperti habis mengikuti lomba lari. Seketika matanya berbinar mendapati Sulis ada di depannya. “Maafin gue ya.. gue nggak punya niat nyakitin lo.. Ini buku lo”, katanya pada Sulis.
“Gue suka aja dengan tulisan-tulisan yang ada di setiap halaman belakang buku lo. Dan, ini buat lo…” lanjut Teguh sambil menyerahkan selembar kertas dari saku seragamnya.
Wahai bidadariku, aku akan datang menjemputmu. Mengajakmu menari di angkasa, melukis bahagia. Maukah kau menjadi milikku?
Sulis menganga melihat tulisan di selembar kertas yang diberikan Teguh padanya. Ada kupu-kupu yang menari dalam perutnya. Ia tak bisa menahan derap jantung yang kian cepat.
Wajahnya semburat memmerah. Ini rona malu karena cinta. Terjawab sudah segala tanya dalam puisi-puisinya. Ya, pangerannya telah hadir dihadapannya.
Fin
“Colaboration Benedicta Sekar with Wulan Martina”
*tantangan dalam kelas "Menulis Bersama Penikmat Senja"

No comments: