Tuesday, November 06, 2012

Aku Mengurainya dalam Hujan



gambar diambil dari sini


Aku rebah, kekasih. Lelah meretas masa setelah sekian lama terpilin janji. Ditingkahi hujan sore ini, kubisikkan namamu lagi.
Sekian kecup yang pernah kau beri, kini memenuhi ingatan kembali. Dingin, aku rindu hangat dalam senyum yang selalu lekat.

Tak perlu mengingat bagaimana dulu kusentuh sudut wajahmu dengan ujung jemari. Pejamkan mataku, untuk sesaat kau hadir kembali.
Kau bisa rasakan? Dalam gelap, senyummu masih berpendar. Ia jauhi kesepian. Menyesap hangat ingatan yang menjalar.

Namun sesaat, hangat yang semu perlahan tergantikan luka yang mendekap erat. Dan mengapa dulu kau lepaskan genggaman tanganku?
Aku ramu rindu dalam rintik hujan. Menggantikan pelukanmu. Menggantikan genggaman yang seharusnya memupus ragu.

Jalinan senyummu menghangatkan senja. Mengisi larik-larik ingatan, bait-bait dalam kenangan. Dalam hujan, kita mengurai lara.
Aku harap basahnya tak membubuh perih berlebihan. Aku hanya inginkan satu senyummu kubalut dalam ingatan. Semalaman.

Dan kaulah hujan di penghujung masa. Menguar harum tanah basah diantara luka. Dan aku melepaskan semua yang pernah kita punya.
Merelakannya hanyut menuju satu muara yang kita pun tak pernah mengetahuinya. Aku diam, menikmat dingin yang memeluk malam. Kamu?

Aku terpejam. Meresapi kenangan. Sekejap ingatan akan dekapan yang bahkan tak mampu menebarkan kehangatan dan memecah kesunyian
Lalu kapan lagi aku dapatkan kehangatan itu? Darimu? Aku pun tak tahu.Bahkan hujan pun memilih bermanja dengan ingatan, tentangmu.



Puisi berbalas Farah Lestari dan Wulan Martina


*saat dingin menyelusup mencari kehangatannya sendiri

No comments: