gambar diambil dari sini
Bersama senja, aku
menantimu.
Membiru, membingkai
ingatan tentang kamu.
Hanya lara yang
terpendam didasar sanubariku.
Menanti dekapan
hangatmu.
Aku menatap senyum
jingga dibalik kelabu yang kian membelenggu.
Lalu bertanya, apa
kabar kamu?
Ketika kabar itu
datang menyerupai hembusan angin yg tak dapat diraih.
Membelunggu kisah yg
tak bertepi.
Membawa duka dan kasih
Aku biarkan langit
beranjak perak lalu memejam.
Menyebut namamu,
membayangkan senyummu.
Membingkainya dengan
doa.
Apakah kamu tahu?
Tiap malam yang gelap
itu, aku selalu memikirkanmu,
Menatap binar matamu
dikala kau berbaring disampingku.
Anganku berlebihan.
Namun tak mampu pula
aku tahan.
Semua menjalarkan
rindu yang tak berkesudahan.
Biarlah berlalu.
Hampa tanpa arah.
Menatapmu aku pun tak
mau.
Membingaki kenangan
yang tersimpan
Aku titipkan saja
kepada angin tak peduli ia membawanya kemana.
Aku bergeming
tersambut gerimis yang tengah bermanja.
Tak usah kata atau
kalimat yang panjang terdengar dibibirku.
Aku hanya ingin
mengucapkan 'Selamat tinggal kasihku'
Lain waktu akan ada
cerita tentang cinta yang aku punya.
Tidak denganmu pun tak
apa.
Aku percaya akan
bahagia.
Tapi apakah takdir selalu mempermainkan
kita?
Walaupun aku mengucapnya.
Aku tak ingin mendengarnya untaian kalimat
itu.
Sssstt… Jangan lagi menyalahkan Tuhan!
Dia Yang Mahatahu muara kita.
Puisi Berbalas Delisa Sahim dan Wulan Martina
No comments:
Post a Comment