Wednesday, January 16, 2013

Ingin Menjadi Sahabatmu, Ibu

gambar dipinjam dari sini


Untuk yang Selalu Tercinta, Ibu

Assalamu'alaikum Ibu...

Ibuuuuuuuuuuuuu...... Aku berteriak riang.... apa ibu mendengarnya? Semoga ibu mendengarnya. Meski aku berteriak dengan rajutan aksara ini :) Hari ini ibu sibuk apa? Sepertinya sudah lama kita tak saling bercerita. Tapi aku sungguh suka, libur akhir tahun kemarin bisa aku luangkan lebih banyak untuk bercerita dengan ibu. Merangkum semua perjalanan yang kita lalui. Membaginya dalam tawa meski duka sedikit menyisip di dalamnya.

Aku ingat, saat pertama kali aku menulis surat untuk ibu dengan sendirinya, bukan untuk membalas surat yang selalu ibu kirim kepadaku setiap bulannya. Ya, tinggal berjauhan membuatku terbiasa dengan bahasa-bahasa tulis daripada lisan. Aku tak begitu pandai bercerita saat menjawab telepon dari ibu yang seminggu sekali itu. Hmmm... waktu itu aku masih duduk di bangku SMA, aku merasakan rindu yang teramat sangat. Aku menulis cerita berlembar-lembar dan membubuhkan nama lain setelah tandatanganku. Nama itu, Martina Cannavaro. Nama yang kemudian membuat ibu penasaran dan aku merasa semakin diperhatikan. Mungkin, saat itu, yang ada dalam pikiran ibu, aku sudah bukan anak yang bersikap dingin. Lebih bisa menyampaikan yang dirasa, yang dipikirkan dan disukai. Bukan lagi anak gadis ibu yang lebih suka menutup diri dari orang lain, termasuk dari ibu.

Perlahan memang semua berubah, aku pun merasakannya. Ada kehangatan yang sejujurnya aku rindukan. Ya, aku merindukan masa-masa itu sebelumnya. Aku sendiri sebenarnya tak tahu, bagaimana semua bisa dimulai. Mulai banyak hal yang selalu ingin aku bagi dengan ibu. Termasuk rahasia-rahasia kecil yang aku punya... :D

Hingga sekarang, aku pun merasa senang bisa menjadi pendengar untuk cerita-cerita ibu. Bahkan berbicara di telepon sudah membuat aku ketagihan. Maaf jika dulu, aku tak begitu menikmati pembicaraan kita di telepon. Aku sendiri tak tahu, tapi sungguh, aku tak pernah punya keinginan untuk tumbuh menjadi gadis kecil yang dingin, yang cerianya hanya dibagi sesuka-sukanya. Terlalu egois ya, padahal jika aku mau ceria kapan pun pasti bisa menghibur ibu yang lelah sepulang kerja.

Tapi lihatlah, sekarang, jika aku pulang ke rumah, dan ada ibu di sana, aku memilih untuk setiap hari ada di rumah. Selalu rela berangkat siang-siang hanya untuk menamatkan cerita yang diiring jeda tidur malam... :) Sekarang, ibu selalu tahu cerita tentang aku. Tak lagi menebak-nebak, meski aku tahu, naluri ibu lebih kuat dari itu.

Terima kasih atas semua kasih sayang yang ibu beri. Aku tahu, ibu memang sosok yang pendiam dan tak banyak bicara. Tapi denganku, ibu selalu berusaha banyak bercerita dan bertanya. Mungkin dulu aku yang tidak peka, sehingga selalu bercerita seadanya. Tak merasakan kehangatan yang sejatinya aku rindukan. Tuhan sayang kepada kita, membukakan kesempatan untuk saling dekat. Mmm... yang ibu perlu tahu, sesungguhnya aku ingin selalu menjadi sahabat, untuk ibu.

Diam-diam begini, aku selalu memperhatikan setiap langkah ibu, pengorbanan ibu, yang aku tahu, aku ingin tegar seperti ibu. Ingin sabar dan kuat seperti ibu. Ingin setia seperti ibu. Sampai hari ini, ibu tak pernah lelah menjaga aku, adik-adik dan juga ayah. Keluh dan peluh menjadi pengikat kasih yang lebih hangat. Terima kasih masih sabar menunggu kebahagiaan yang pasti sudah dinanti-nantikan.. ;) Doa ibu semakin menguatkan aku, meyakinkan aku. Suatu kali, kita akan menikmati kebahagiaan itu bersama-sama. Yaa.. sesuatu yang sering kita bicarakan sebagai rahasia kecil kita... Aku selalu melukis senyum kecil sendirian ketika mengingatnya. Nanti yaaaa... segera... semoga segera Tuhan hadiahkan kepada kita... Aku yang akan menggenapkan kebahagiaan menjadi perempuan sempurna seperti ibu.. ;)

Selamat menikmati hari-hari ibu... Tersenyumlah selalu. Di sini, aku pun...


Aku,
putri manismu

No comments: