Tuesday, October 19, 2010

Tentang Temen Curhat


Tiba-tiba teringat masa SMA yang penuh cinta, canda dan tawa. Ketika memiliki teman dengan segala keunikan dan cara mengungkapkan rasa persahabatan yang banyak macamnya. Inget nggak sih, gimana cara yang kita pilih untuk menghindari guru nyebelin, ikut ekskul paling keren di sekolah, ngedeketin gebetan, sampe dapet bonus jajanan di kantin.

Dan yang juga pasti pernah dirasain, adalah meluapkan emosi yang kadang terlihat sangat labil. Belom lagi kalo peristiwa yang menyebalkan itu terjadi berulang-ulang. Ujung-ujungnya, adalah curhat ke temen dengan emosi yang meledak-ledak atau bahkan ngedatengin “musuh“ yang bersangkutan dan nantangin terang-terangan. Labil banget deh. *kebanyakan nonton sinetron*

Seperti yang pernah dirasakan penulis, di masa-masa SMA-nya, kira-kira tahun 2000-an (udah satu dekade bo‘!), juga pernah merasakan pahit getirnya menjadi remaja yang kadang terlalu labil, hehe..tapi nggak pernah ngegaplok anak orang kok....

Setiap kali lagi bosen, gemes, kesel dan pengen marah, aku sering banget mencorat-coret apappun yang ada di dekatku. Boleh kertas, meja, baju atau tangan aku sendiri. *ketauan deh sapa yang suka bikin meja-meja di sekolah kotor*



Misalnya nih, lagi sebel ato bosen sama guru yang ngajar, aku bakal nulis:
DENGARLAH SUARA HATIKU, AKU LELAH...
TAUKAH KAMU, AKU TAK SANGGUP LAGI BERSAMAMU

Nah, kalo lagi kesel ama temen:
I WILL NEVER TOUCH U AGAIN!!!
GO AWAY FROM ME

Ehem, trus kalo lagi jatuh cinta:
Aku bakal nulis puisi sehalaman penuh, dengan bahasa semiotika ala anak SMA. Trus, kalo buku itu abis dipinjem temen, bakal ada coretan-coretan laen yang mengikutinya. Seperti:
AKU SEDANG MERINDUI BINTANG MEMANG (ada tuh di kelasnya), emang bintang anak emak lo! --yang gak pake CAPSLOCK itu yang nambahin adalah temen-temen yang lain.
BILA SAJA WAKTU BISA MENGANTARKU MENEMUINYA (bisa2, tapi bayar yah), matre banget seh! --yang gak pake CAPSLOCK itu yang nambahin adalah temen-temen yang lain.
MUNGKIN HANYA LANGIT YANG MENGERTI....n bla bla bla..... berlanjutlah semua itu dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya. --yang gak pake CAPSLOCK itu yang nambahin adalah yemen-temen yang lain.

Najis ya??? Haha... Terlalu.... *backsound lagu bang haji *halah

Gitu tuh, kelakuan yang terus berkembang dari jaman ke jaman. Dari mencorat-coret kertas bekas atau media apapun seadanya, sesuai perkembangan jaman kebiasaan itu pun mulai mengenal media-media yang lain seperti organizer atau binder. Di dalam buku kecil, imut itu, tiap hari adaaaa aja tulisan yang dipajang dan suka banget mejeng-mejeng dan dikomen sana sini... *bakat narcis* cuman, komennya secara lisan... jadi tuh, antar sesama teman, jadi tau sama tau gitu deh tentang apa yang dirasa atau dikerjain *ini mah curcol*

Beranjak ke binder, sampe masuk jaman mahasiswa, kegemaran itu juga mengalami perubahan yang cukup signifikan. Lama-kelamaan, tulisan yang mejeng di lembar-lembar loose leaf binder itu pun menjadi FORUM DISKUSI UNTUK KALANGAN SENDIRI. Mungkin, kalo dulu curhat lewat chatting pake kertas-kertas kecil, nah di jaman mahasiswa curhat ditulis dengan gaya cerpen. Trus, dituker sama temen, dan temen itu ngasih jawaban dengan tulisan berbentuk cerpen juga, atau essay, bahkan puisi. Kebiasaan itu pun berkembang dari waktu ke waktu, sampai-sampai halaman curhat lebih tebal daripada penjelasan dosen....hehehe.... *kuliah sambilan*

Dari media tulisan tangan, lama-kelamaan berkembang ke arah digital. Dimulai dari email, group, blog lalu munculnya jejaring sosial, semacam Friendster, Facebook, Twitter, Hi5, Koprol dan masih banyak lagi yang lain.

Gimana?? Kalian juga pernah mengalami hal itu kan? Yah, walaupun nggak freak, tetep pernah nyoba kan meski sedikit. Hehe..maksa banget seh... *siram air*

Nah, kalau sudah begini, artinya mengungkapkan semua yang ada dalam hati dan otak tetap menjadi suatu kebutuhan. Kalau bahasa psikologi-nya: KATARSIS. Dimana seseorang butuh untuk melampiaskan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan. Entah itu sesuatu yang menyenangkan, menyedihkan, ataupun menyebalkan. Semuanya, ingin tetap diungkapkan.

Kita juga sering denger, bahwa kita dikaruniai dua telinga dan satu mulut, adalah agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ketika orang lain sedang membutuhkan waktu untuk katarsis, kita bakal lebih bijaksana kalau kita mau mendengarnya sampai dia selesai mengungkapkan semuanya. Kadang mereka tidak butuh banyak komentar, dan bahkan mereka tak butuh solusi penuh dari kita. Bisa jadi, mereka hanya ingin didengar, dimengerti, dipahami, atau juga butuh penguatan atas keputusan yang akan diambilnya.

Baiklah, mari kita coba untuk jadi temen curhat yang baik. Seperti kertas-kertas bekas, organizer, binder, blog, dan jejaring sosial lain yang menyediakan tempat katarsis. Masa iya, kita bakal mengijinkan teman-teman, sahabat dan saudara kita untuk lebih percaya kepada banyak media daripada sama kita. Hehe... media adalah tempat untuk memublikasikan sesuatu, jangan sampai sesuatu yang nggak layak kita publikasi, justru terpublikasi tanpa sengaja dan bakal merugikan.

Olreit, let’s keep our friendship with this heart…
Hanya ingin memahamimu, hingga detik tak berteman dengan waktu... *kedip-kedip*

2 comments:

malesmandidotcom said...

hahaha jd inget waktu jaman2 organizer a.k.a orgy itu :p

lunaspider said...

wkwkwkwk.. iyyaaahhh.. itu kan yang ditulis disitu juga komen punya dhito, di salah satu buku catatanku... yang tiba-tiba nyangsang di kelas kalian...hahaha...