Sunday, November 01, 2009

Ku-pu-ku-pu-ku (Aku punya, aku punya aku)

Sejenak aku bentangkan pandangan ke sudut angkasa. Terlihat awan berarak, menggumpal dan perlahan mulai menghitam. Itu…kantung air yang nyaris pecah yang akan membuat bumi jadi basah dan mengharumnya bau tanah yang menenangkan…

Tapi, terlihat segumpal awan yang tak terlalu hitam, ia terarak paling depan di antara yang lain. Sedikit aku mengintai sesuatu di balik awan itu, ada cercah yang mengkilat… ummm itu matahari, kenapa dia malu-malu, aku ingin melihat kilaunya menembus embun pagi ini, walau sebentar saja. Aku hanya bisa berucap dalam hati sambil tersenyum.

Aku tinggalkan awan ku sebentar, indera penglihatanku terarah pada sesuatu yang tampak menungging di ujung kuncup bunga di taman milik mama. Warnanya sama dengan cercah sinar mentari yang bersembunyi itu, iya, kuning keemasan, ia mencari madu di bunga itu, tapi bunga itu masih kuncup… lalu aku memanggilnya dengan senyum, ia terbang ke arahku, dia menungging di ujung hidungku, kusapa dia dengan sebaris gigi yang terbungkus bibir mungilku. Ia tak beranjak, kutiup angin dari bibirku, ia terperangah. Kejutanku tak membuatnya pergi, dikepak-kepakkannya sayap kecil itu seolah mengacau bola mataku.

Kuhitung berapa detik ia betah melakukan itu. Ia cukup betah, tapi kakinya mulai lelah, lalu bertanya, “Kenapa kau memanggilku? Apa kau ingin menitip sesuatu?” tanya dia. aku pikir, baik juga kupu-kupu ini. Aku tak menggeleng ataupun mengangguk. Sepertinya ia mulai jengkel, ia pindah ke sebelah kiri pandanganku. Lagi-lagi ia menggerakkan kakinya. Aku hanya mampu terdiam.

Tak berapa lama, kakinya menyentuh ujung jariku yang menelungkup bersama telungkupan lengan yang mendekap dua kakiku yang menekuk di depan dada. Dia memaksa aku untuk bercerita, tapi aku tak mampu bicara. Aku kedipkan saja mataku, aku bicara padanya dengan hatiku. “Katakan pada matahari itu, kenapa dia bersembunyi di balik mega, padahal aku ingin melihatnya tersenyum, senyumnya yang mengkilat, yang mampu menerangi redupnya satu ruang di hatiku,” ucapku.

Kalau saja kupu-kupu kecil itu bisa bicara pada Yang Maha Segalanya, untuk ijinkan aku melihat senyum itu sebentar… saja. Jika memang masih ada waktu lagi, aku akan berjalan dengan cahaya itu dalam dekapan syahdu peluk-Nya. Hanya itu saja…

2 comments:

ariv said...

wew .. update lagi ..* keplok-keplok *
hmm tampilannya baru juga ya wew simple keren ;)

lunaspider said...

wkwkwk...iyalah masa display jadul tyuzz... *mukanya merah*
hmmm jadi semangat soalnya sekarang punya saingan lagi, dibakar dari kanan kiri... gak ding, partner... *gombal*
apapun dech... ^^