Saturday, October 06, 2012

Maaf Tuhan, Tentang Semalam





Malam diiring hujan tanpa perhentian. Aku merasa dingin, beku, kemudian membisu. Seakan tak mampu menahan sesak yang terus mendesak. Iya, seperti ada yang menghunus jantung. Aku tak lagi peka terhadap do'a ataupun kalimah sakti yang mestinya aku rapal. Aku seperti dibunuh pelan-pelan. Merasakan sakit yang tak lagi mampu aku tahan.

Malam diiring hujan tanpa perhentian. Aku merasa dingin, beku, kemudian membisu. Seakan langit begitu gelap, pekat. Gemuruh pun enggan peprgi. Menyaksikan aku yang terlunta dalam ketidakberdayaan. Aku berdiri. Namun kau tahu? Hatiku lumpuh. Beruntung tubuhku tak kemudian rubuh, terjatuh.

Malam diiring hujan tanpa perhentian. Aku merasa dingin, beku, kemudian membisu. Aku bersimpuh. Membiarkan air hujan jatuh memukuli tubuh. Tak lagi mampu aku menahan air mataku. aku ingin berteriak, memanggil nama-Mu. Mendekat pada-Mu, berlindung di peluk-Mu. Mungkin benar, aku melupa-Mu. Maafkan Aku.

Malam diiring hujan tanpa perhentian. Aku merasa dingin, beku, kemudian membisu. Aku beri ruang hatiku untuk bercerita pada-Mu. Tentang semuanya. Semua yang terlanjur aku anggap luka. Segala yang telah Engkau tentukan untuk menyempurnakan imanku. Maaf, aku baru bisa memahami itu. Tuhan, aku tahu Engkau tak pernah enggan menuntunku lagi. Aku, tak lagi ingin, salah memahami. Tentang Semalam.




Malam diiring deras hujan tanpa perhentian
Aku merasa dingin, beku, kemudian bisu
Antara perih, sesak, serta lelah yang mengerak
Fatwa luka macam apa?

Tuhan, terlambatkah aku menyapa?
Untuk bercerita panjang Pada-Mu
Hingga habis semua keluh yang aku punya
Aku tersesat dalam penat
Nafasku pun tersengal menahan sesak

Tuhan...
Entahlah, rupanya aku melupa-Mu
Namun, aku masih ingin di peluk-Mu
Tuhan...
Aku renta pada luka
Namun, tetaplah tak mampu mengakrabinya lama-lama
Gagalkah aku sebagai manusia-Mu?

Sungguh, aku tahu, bahkan meyakininya
Engkau tak pernah merenggangkan peluk sekalipun
Menyeka semua air mata luka yang tumpah bagai bah
Aku boleh memohon satu, Tuhan?
Lebih dekatkan aku pada-Mu
Agar aku tak sempat lagi melupa-Mu
Meski tengah melumpuh kuasaku

No comments: